Gunung Ruang

Kabut menutup bukit bukitmu yang sejuk
Melukis langit menjadi kelam kelabu,menghantar debu vulkanik yang semakin merajalela
Dentuman suaramu menggelora, getarkan sukma
Menepuk jantungku yang semakin berdegup kencang
Langit memerah dihantar petir bersautan melempar kerikil di atas atap
Aku terus merenungkan dirimu yang tetap tersenyum menghantar alunan nada benturan alam
Semakin seram namun semakin nikmat ku jajaki
Sedikit ku tolehkan wajahku menatap senyummu
Menangkap hasrat bersahaja
Bercumbu dalam kabut asap berhiaskan sulfur
Kuhirup bayangmu menelisik butiran pasir yang terus menyiram keras bergemericik, bergemuruh
mengiring lontaran bebatuan keras
Aku terus merindu cintamu diatas kursi sofa,membayang geliat lekuk tubuhmu yang semakin aduhai, berselimut debu silika
dihantar asap solfatara,menyesak dada
Kukuliti lagi nada nada cintamu
Entah nyata atau boneka, kususuri kejujurannya
Langit ini bergerak semakin kelam
Menyimpan seribu misteri dalam gemeretak alam
Barangkali aku masih enggan mengaku dosa
Sehingga alam bersahut menjawabnya
Engkau tersipu dalam kabut asap
Ku seka wajahmu menatap sendu
Namun aku tetap ingin tersenyum dalam lamunanku meniti lamunanmu

MeneerSam
Manado, 21 April 2024
Dalam suasana Erupsi Gunung Ruang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Your Shopping cart

Close