GARUDAKU

Garudaku, aku sedih menangis di pangkuan bumimu,
Memandang wajahmu yang kian melemah,
Digerogoti parasit dan virus kemunafikan,
Sehingga keadilan bumiku tak mampu kau tegakkan,
Dan tiang kedzaliman tak mampu kau hempaskan.

Bumiku penuh kutu kerakusan,
Dogma surga khayalan,
Dan wajahmu makin kuyu sayu,
Dikorupsi penjaga-penjaga negeri.

Sila-silamu kini tak bergigi,
Hanya jadi pajangan janji.
Dan kau semakin tampak menua,
Sehingga tikus-tikus pun bebas berdansa,
Mengganyang lumbung-lumbung pangan awak negeri,
Mengganyang aset-aset anak bangsa,
Menggerogoti aneka tunas dan biji.

Garudaku yang dulu perkasa kini kehilangan daya,
Sebab kau telan keping-keping jahanam,
Sehingga tubuhmu makin tambun,
Tak mampu terbang mengganyang tikus liar,
Dan codot gembrot yang semakin merajalela,
Menyengsarakan anak bangsaku.

Aku sedih dan nyaris putus asa,
Sebab tak ada lagi perwira-perwira muda,
Banteng-banteng keadilan di bumi pertiwiku ini,
Selain garong, copet, maling, rampok,
Dan orang-orang jahanam yang tengah berkuasa menata negara.

Garudaku, kemana lagi aku harus mengadu,
Jika kau pun semakin gagu,
Tak bergerak menindak,
Didaulat badut-badut politik kemunafikan.

Meneer Sam
Denpasar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Your Shopping cart

Close