Perjalanan ini menyusur mentari,mengarah Timur Sebab aku tengah jengah dalam kisi kisi politisasi yang selama ini membelenggu jiwaku Sehingga ku terbebas diantara hamparan rel yang kususur dalam gerbong kosong Kutermenung membuang kebosanan ini, Sekilas wajahmu menampak dalam tawa diantara kebengisan norma dunia Akupun bersenandung menghalau kekecewaan yang terukir dalam takdir Memang mataku sipit,walau darahku merah,sama seperti darahmu Dan tulangku putih,sama seperti tulangmu Namun kau tak hendak menghelakan perbedaan ini, Sebab pundimu dapat menambun karenanya Sementara aku terus memipir dari stasiun ke stasiun Untuk mencari hak milik yang tak kunjung kutemukan Diantara tanah tanah Mataram
Aku menyapa tanah Jenggala dan terus ke timur Menyanjung kesangaran reok Ponorogo Meniti bumi Singosari Dan keretapun terus melaju keujung timur Menghampa harapanku Mendekap sang Mentari Dan memberi apa yang sedang kuharapkan Di Surga dunia Nagari Dewata